Karena Kita Hanyalah Manusia


Mengakui bahwa diri kita adalah seorang manusia, hanya seorang hamba yang Allah ciptakan dengan kuasa-Nya, dengan segala kelemahan yang kita miliki, adalah bentuk kesadaran bertauhid. Puncak dari seluruh pengakuan kita akan siapa diri kita. Bahwa Allah yang berkuasa atas segala sesuatu termasuk diri kita. Yang membuat kita ada. Allah member kita hidup, memberi kita nafas, tapi tidak benar-benar member kita kuasa sepenuhnya. Bahkan tubuh yang kita gunakan untuk menikmati indahnya dunia ini, bukan milik kita sendiri. Kita memakai tapi tak pernah bisa menguasai. Rasakanlah di dalam hati kita yang terdalam, bahwa pada akhirnya kta harus mengakui bahwa kita Hanyalah MANUSIA.
Inilah yang disebut dengan hidup yang berpusat pada Allah, memusatkan segala tindakan kita hanya pada Allah, dengan segala kemuliaannya. Allah dengan kuasanya mampu berkehendak atas hidup kita, dan ingatlah bahwa Allah mampu menjadikan sesuatu, yang dimata semua orang adalah mustahil. Seperti dalam ayat al-quran
“Dan benarlah perkataanNya di waktu Dia mengatakan ‘Jadilah, lalu terjadilah’, dan ditangan-Nyalah segala kekuasaan ….” (Yaa Siin 82-83)
Mungkin kehendak kita adalah sebaiknya begini, tapi Allah punya kehendak lain. Mungkin kita tak mau mengalami hal ini, tapi Allah berkehendak kita harus mengalami hal ini. Sering kali kita merasa hal ini adalah terbaik untuk kita, tapi belum tentu buat Allah. Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana dalam berkehendak atas suatu hal.
Disini, saya akan mengambil sebuah kisah yang sarat makna tentang sebuah kesadaran bertauhid. Kisah yang patut kita teladani sebagai umat islam. Kisah Urwah bin Zubair (Ibunya adalah Asma’ bint Abu Bakr) dan Seorang Lelaki tua, buta dan berwajah rusak. Dua orang ini selalu hadir dalam majelis Khalifah Walid bin Abdul Malik di Damaskus.
Dalam perjalanannya menghadap khalifah dari madinah ke syiria, Urwah terkena penyakit parah pada kakinya. Tak ada jalan lain kecuali harus diamputasi. Begitu tersadar setelah pingsan karena dipotong kakinya, ia harus menerima kabar lain , satu dari ketujuh anaknya meninggal. Ketika khalifah member ungkapan belasungkawa, Urwah menjawab, “Aku diberi tujuh anak, diambil satu. Aku diberi dua kaki dan dua tangan, diambil satu. Sungguh, bila Allah menguji, betapa ia dalam waktu yang lama telah member kenyamanan. Bila Ia mengambil, betapa dalam waktu yang lama ia telah member. Aku berharap, bisa berkumpul di surga kelak dengan apa-apa yang telah Allah ambil.”
Lalu Urwah bertaya pada lelaki tua, “Apa yang membuat keadaan engkau seperti ini?”
“Dulu aku tinggal di suatu desa. Tidak ada di desa itu orang yang kaya kecuali aku. Tidak ada yang lebih banyak hartanya, kekayaan halalnya, juga keluarganya yang melebihi aku. Lalu, datanglah banjir di malam hari. Dalam sekejap, banjir itu melenyapkan keluargaku, hartaku, dan kekayaanku. Hingga pagi matahari terbit, aku tidak memiliki apa-apa kecuali anakku yang masih kecil dan seekor unta. Tiba-tiba unta itu lari dan aku ingin sekali menangkapnya. Belum jauh aku mengejar, anakku yang masih kecil terdengar menangis keras. Aku membalik. Ternyata anakku itu sudah dicabik-cabik oleh serigala. Aku tidak bisa menyelamatkan anakku. Ia tewas. Maka, aku lari mengejar untaku. Tiba-tiba ia menyepak wajahku, melukai wajahku dan mematahkan hidungku, juga membuatku buta.
“Urwah bertanya, “Bagaimana perasaan engkau saat ini?”
“Aku hanya mengatakan, Ya Allah, segala puji hanya milikMu, Engkau masih menyisakan untukku hati yang subur dan lisan yang banyak berdzikir,” Jawab lelaki itu.
Hari itu, dua lelaki sholih, yang sama-sama menyandang cobaan yang tidak ringan, duduk dalam suatu majelis, untuk sebuah pesan : kesadaran bertauhid, bahwa Allah sunguh-sunguh berkuasa atas segala hamba-Nya. Tetapi dalam kuasa-Nya selalu ada kasih sayang dariNya pula.

Semoga dengan ujian hidup yang kita alami ini, kita menjadi orang-orang yang tetap dalam jalan Tauhidullah. Amiin Ya Rabbal ‘alamiin.

Wallahu’alam

6 Responses

  1. salam kenal,,
    wah artikelnya bagus sekali mba,,sebuah pengingatan bagi saya yang masih sering memikirkan apa yang hilang atau tak dimiliki daripada mensyukuri apa yang telah dititipkan Allah,,,

    jazzakillah mba atas pengingatannya

    • Salam kenal juga, ini jay temennya fitri yaa…ntar aku mampir deh ke tempatnya….
      terima kasih, semoga berkenan

      • iya betul mba,,mba Nurul ini kakaknya mab Fitri ya?
        o ya saya sudah liat wall saya terkait tawaran dari mba nurul,,email dan kontak saya, saya saya kirim via message ke fb mba Nurul ya

  2. Artikel yang mencerahkan…
    Bahwa sebagai manusia kita wajib berusaha di jalan yang di ridhoi Nya…
    Dan selalu bersyukur dan percaya pada Nya

  3. Penuh hikmah…semoga kudapat ngambil hilmahnya.

  4. Amin Ya Robbal Alamiin..
    Bagus banget artikelnya.
    Makasih….

Leave a comment